Lagi booming-nya istilah Cabe-cabean dikalangan remaja indonesia. Gak tahu juga dari mana istilah cabe-cabean itu didapat. Kenapa gak terong-terongan aja ya? Berawal dari rasa ingin tahu istilah cabe-cabean tersebut browsinglah ke google dan ternyata intinya istilah cabe-cabean itu adalah group atau geng motor yang sering balap liar yang didominasi oleh remaja puteri.
ADA-ada saja fenomena nyeleneh di kalangan remaja. Sayangnya,
sebagian besar adalah fenomena yang membuat miris. Fenomena cabe-cabean
dan terong-terongan misalnya. Cabe-cabean adalah sebutan bagi remaja
putri yang senang keluyuran malam dan nongkrong di balapan liar.
Sedangkan terong-terongan adalah sebutan bagi remaja pria yang senang
dengan kehidupan malam, suka tawuran dan menghisap ganja. Usia mereka
umumnya sama, kisaran SMP dan SMA.
Banyak faktor yang menyebabkan fenomena ini muncul. Setidaknya ada tiga faktor utama yang memiliki andil khusus.
Pertama, faktor media. Tak dapat dipungkiri, tayangan di televisi
tidak banyak memberikan tuntunan yang mendidik dan membangun. Khususnya
pada segmen remaja. Gaya hidup yang diperlihatkan dalam
sinetron-sinetron atau drama-drama impor sedikit banyak mempengaruhi
remaja kita untuk menirunya. Lihat saja bagaimana cara berpakaian dan
gaya hidup mereka dijiplak habis oleh remaja putri dalam komunitas cabe-cabean ini.
Kedua adalah faktor keluarga, dalam hal ini adalah orang tua.
Pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak tidak boleh lepas begitu
saja. Kebutuhan seorang anak tidak hanya sekedar materi namun juga kasih
sayang dan perhatian. Salah satu mengapa fenomena ini muncul adalah
banyaknya remaja-remaja broken home yang mencari pelampiasan dengan
cara-cara negatif.
Ketiga, faktor lingkungan. Lingkungan terdekat dari remaja adalah sekolah dan teman-teman bergaulnya.
Kita semua sepakat bahwa fenomena ini perlu mendapatkan perhatian.
Tak ada yang menginginkan generasi muda Indonesia menjadi generasi yang
hidupnya sia-sia. Di sisi lain masa remaja menyimpan potensi yang sangat
besar untuk pembentukkan karakter di usia dewasa. Banyak peran yang
bisa kita lakukan dan kita bisa mulai bergerak dari sekarang.
Pertama, peran keluarga. Dari keluargalah penanaman nilai-nilai agama
dimulai. Anak-anak disadarkan bahwa dia diciptakan di dunia ini dengan
tujuan khusus, yakni taqwa. Orang tua menjadi teladan yang baik bagi
anak-anaknya.
Kedua, lingkungan. Masyarakat perlu ikut andil dalam menjaga
lingkungan sekitarnya dari hal-hal semacam ini. Sikap individualis dan
apatis harus dibuang jauh. Tindakkan amar ma’ruf nahyi mungkar tak boleh
disepelekan. Ketiga, peran negara. Perlu ada regulasi atau kebijakan
yang menjaga remaja kita. Dari mulai siaran media, lingkungan,
pendidikan, dsb. Jangan sampai kondisi seperti ini dibiarkan
berlarut-larut.
Kita pun harus menyadari bahwa masalah ini adalah efek domino dari
sistem kapitalisme yang diterapkan. Persoalan ekonomi, politik, hukum,
pendidikan, sosial, semuanya adalah mata rantai yang saling berkaitan.
Karena itu upaya jangka panjang yang tak boleh terlupakan adalah
mengganti sistem yang ada dengan sistem yang lebih baik. Islam misalnya.
Wallahu’alam
Yuk lindungi putera / puteri kita dari geng-geng motor cabe-cabean seperti ini.
Sumber : islampos
0 komentar:
Posting Komentar